Gue Penasaran Sama Lu Punya

"Gw Penasaran Sama Lu Punya" adalah naskah drama berjenis Fiksi (Dektektif - Komedi). naskah ini saya gunakan dulu ketika masih duduk di bangku SMA kelas 2 untuk pementasan drama pelajaran Bahasa indonesia dan mendapat nilai cukup memuaskan. hehehe

Diperankan berlima. 2 pria (ahong dan markus) sebagai dektektif dan 3 orang wanita (Merlin, Syifa, Chika). berhubung file MS Word nya masih ada. jadi saya share disini aja siapa tau bisa jadi referensi pembaca dalam memunculkan ide ide pementasan drama lainnya.

Intro :
Setelah Markus dan Ahong mengelilingi beberapa sudut jalan, akhirnya rasa bosan yang menyelimuti mereka sejak tadipun hilang. Bersamaan dengan terbenamnya matahari akhirnya merekapun memutuskan untuk pulang. Sambil berjalan santai ditrotoar jalan yang dihiasi oleh beberapa tanda rambu lalu lintas, bangunan bangunan pencakar langit dan gedung-gedung yang kokoh menambah meriah berbagai jenis warna yang mereka temui disepanjang jalan. Berhias warna merah membara matahari sore di langit biru bersih membentang tanpa batas.

Ketika mereka melewati simpangan jalan disuatu lingkungan perumahan keheningan Markus dan Ahong mulai terusik karena tiba-tiba dari sebuah rumah yang terletak disudut jalan terdengar suara teriakan keras. Markus dan Ahongpun langsung segera menuju tempat kejadian perkara karena penasaran dengan apa yang terjadi.

Dektektif             : “Permisi.” Ucap Mereka berdua sambil mengetuk pintu rumah. Tengok kanan kiri memastikan kondisinya sepi dan aman. (Mau maling apa ni orang masa ketuk pintu.?)

Ketika pintu terbuka terlihat seorang perempuan. Penampilannya berantakan serta lekuk wajahnya berusaha menahan emosinya yang sedang meluap-luap.

Merlin                   : “Ada perlu apa.? Aku tidak terima tamu.” Ucapnya sinis sambil menutup pintu rumahnya kembali.

Markus                 : “Tunggu, Jadi apa yang barusan terjadi didalam.?” Tanya Markus sambil menahan pintu yang ingin ditutup oleh wanita itu.

Merlin                   : “Tikus-tikus itu.! Mereka selalu menggangguku.! Saya tidak suka. Berengsek tikus-tikus itu.!” Jawabnya dengan muka memerah. Sambil mengepal kedua tangannya dengan erat karena emosi.

Ahong                   : “Bagaimana dengan pembasmi tikus yang sering memasang iklan mereka ditiang listrik.?” Tanya ahong sambil melihat lihat arsitektur rumah merlin.

Merlin                   : “Aku sudah memanggil mereka berkali-kali namun tikus-tikus sialan itu seakan tidak ada habisnya.”

Markus                 : “Ngg, Bagaimana. . .” Tiba-tiba pembicaraan Markus terpotong.

Merlin                   : “Sudahlah. LUPAKAN TIKUS.! Aku butuh sesuatu yang lebih penting tetapi hilang.” Ucap Merlin memengang pening dikepalanya sambil berjalan linglung kekanan dan kiri.

Dektektif             : “Apa sesuatu yang hilang itu itu.?” Tanya Markus dan Ahong.

Merlin                   : “Aku lupa.! Pokoknya kotak, hitam kecoklatan, panjang. Benda itu sangat penting bagiku. Itu segalanya.” Kata merlin terbata-bata karena sangat kebingungan.

Markus                 : “Namanya.?”

Merlin                   : “nggak tau. Lupa.!” Bentak merlin

Chika                     : “Melin. Ada siapa diluar.?” Terdengar suara dari dalam rumah. Tidak lama kemudian Chika yang ada didalam rumahpun menghampiri mereka.

Markus                 : “Apa sih.?” Tanya markus bingung. Sambil menatap wajah Merlin dan Ahong.

Chika                     : “Merlin.! Siapa mereka itu.?” Tanya Chika karena kaget melihat dua orang yang tidak dikenalinya.

Markus                 : “Eh, Kenalin. Kita ini dari tim sukses spesialis pencari barang hilang. Gw markus. Sebelah gw namanya Ahong.” Jawab Markus sambil menyikut-sikut tubuh Ahong.

Chika                     : “Eh.?” Chika tidak bisa menjawab kata-kata markus karena kebingungan. Ekspresi itu terlihat saat chika menggaruk-garuk kepalanya.

Ahong                   : “Eh.? Udah tiga kali eh.! Ganti topik. Gw penasaran sama lu punya itu. Gimana kalo kita bantuin nyari.?” Ucap ahong kepada Markus.

Merlin                   : “Terimakasih. Kalian baik deh.” Ucapan Merlin ketika itu yang dipenuhi senyuman palsu. Karena jelas-jelas ketika itu ia sedang marah.

Tiba-tiba seseorang dari pinggir jalan datang menghampiri mereka yang sedang dalam ke tidak jelasan karena kebingungan. Ia seperti bidadari yang turun dari kayangan didunia surga sana. Seseorang itu terlihat makin mendekat makin terlihat seperti orang (ya iya lah.!)

Syifa                      : “Ada apa ini ribut-ribut.?” Tanya seseorang yang baru datang tersebut sambil berusaha menyesuaikan diri dengan topik pembicaraan dan ternyata dia adalah tetangganya Merlin. (nggak denger merlin dari tadi teriak rupanya.)

Merlin                   : “Syifa, Aku kehilangan benda itu lagi.” Ucap merlin dengan sedihnya yang mulai muncul dari matanya yang mulai berkaca-kaca menahan airmatanya yang ingin meleleh.

Syifa                      : “Yang benar.?” Tanya sifa yang sedang ber-Empati.

Chika                     : “Ya, Aku juga sudah mencarinya disekeliling rumah. Tapi belum ketemu juga.” Gerutu Chika sambil melilitkan tangan ke rambutnya yang panjang itu.

Merlin                   : “Iya. Bagaimana ini.?”

Ahong                   : “Kus. Lu ngerti nggak sih mereka ngomong apa.?” Tanya ahong yang otaknya sedang dipenuhi oleh banyak kalimat tanya yang seakan-akan berputar secepat putaran mesin mobil-mobil yang sedang ngebut dijalan tol.

Markus                 : “Hmm, Kita sih jadi pendengar setia aja hong.” Jawab markus santai. Sesantai kacamata bodohnya yang tanpa kaca itu memandang papan tulis ketika pelajaran Matematika.

Chika                     :  Berusaha mengingat sesuatu sambil memandang langit. Dengan jari telunjuk menyentuh peningnya yang ditutupi oleh rambut berponi rata-nya “Padahal siang tadi, sebelum kami berangkat untuk belanja barang itu masih ada.” Cetus Chika.

Markus                 : “Sebentar,? Tadi apa.? ditinggal belanja. Sebuah petunjuk.!” Ekspresi Markus kegirangan sambil membenarkan posisi kacamata bodohnya itu lagi.

Ahong                   : “Apa sih lo kus.! Tadi katanya kita dengerin aja.!” Ucap ahong dengan ekspresi yang tidak jelas seperti orangnya yang memang tidak jelas. (Ngaco dasar.! yang buat naskah emang siapa sih.?)

Markus                 : “Itu lu Hong,! daripada gw kaya orang bego diem aja. Mendingan gw ikutan.” Markus Ngacangin Ahong dengan sangat kegirangannya sekali lagi wajahnya dengan kacamata bodoh yang ia kenakan.

Syifa                      : "Hei, Serius sedikit dong. Temen kita kasian nih kehilangan benda yang sangat berharga.” Kata Syifa sambil merangkul Merlin yang sedang sedih.

Chika                     : “Yaudah sih Lin, Emang nggak bisa beli lagi.?” Tanya dengan sinisnya Chika memberikan solusi untuk adiknya yang sedang tidak karuan bentuknya itu. (Lho.? Serupa dengan bebek lilin yang dipencet-pencet dong.?”

Ahong                   : “Benda itu memang seperti apa.?” Cetus ahong kemudian kepada Merlin

Merlin                   : “Nggak bisa. Soalnya nggak ada yang jual. Pokoknya penting.” Jawab pertanyaan Chika dan Ahong kemudian.

Chika                     : “Hmm sudah gelap diluar. Lebih baik kita masuk kedalam.?” Tawaran Chika sambil tersenyum dan mempersilahkan tamu-tamu anehnya masuk kedalam rumahnya.

Syifa                      : “Terimakasih kak Merlin.” Ucap chika pertama masuk sambil merangkul merlin.

Ahong                   : “Maaf jadi ngerepotin.” Kemudian Ahong dan yang lainnya masuk.

Chika                     : “Ya, Ya, ya dua-duanya iya. Tidak apa-apa kok.”

Didalam kamipun berusaha menenangkan merlin yang sedang kacau sambil duduk dikursi. Sementara itu Markus malah sibuk mencari barang yang membuatnya sangat penasaran.

Markus                 : “Ini.?” Kata markus sambil menunjukan sesuatu yang ditemukannya.

Merlin                   : “Bukan.” Cetus Merlin spontan.

Markus                 : “Mungkin yang ini.?” Tanya markus kemudian sambil menunjukan beberapa benda lainnya yang ia temukan dikolong meja.

Chika                     : “Sudahlah kalian jangan terlalu memaksa Merlin. Lebih baik kamu tidur untuk menenangkan diri dulu.” Kata Chika memberikan resolusi sementara untuk merlin sambil mengusap kepala adiknya yang sangat penakut itu.

Syifa                      : “Biar kubantu.” Kata-kata syifa yang seperti malaikat sejak awal kemunculannya.

Ahong                   : “Ya, tenang ajah. Biar gw dan markus hadang tikusnya.” Kata ahong yang ikut ikutan berusaha jadi malaikat penolong. Inget pelajaran agama Syifa itu artinya Penyembuh. (kalau nggak salah itu)

Akhirnya Merlin, Syifa dan Chika lenyap dari pandangan Markus dan Ahong ketika pintu kamar tertutup. Setelah beberapa saat kesunyian didalam rumah merlin yang dibarengi dengan semakin larutnya malam ketika itu, membuat semakin kusyu saja pencarian Markus dan ahong. Tidak lama setelah itu Syifapun keluar dari kamar Merlin dan segera duduk dikursi. Sementara itu Markus dan Ahong masih sibuk mencari.

Syifa                      : “Kus, hei. Kus.! Kesini dulu sebentar.” Kata Syifa meanggil Markus dengan nada sedikit berbisik karena ia tidak mau merusak keheningan diruangan itu.

Markus                 : “Apaan sih u kaya manggil tikus aja.” Gerutu markus cemberut karena tidak suka dipanggil seperti itu.

Ahong                   : “Eits, Coy.! Gw baru sadar nama lo itu kok bisa mirip belakangnya ya sama tikus. ?” Balas ahong ngacangin Markus.

Dengan rasa terpaksa akhirnya Markus dan Ahongpun ikutan duduk dikursi terdekat dari posisi Syifa dan rapat istimewa tiga mentripun dimulai.

Syifa                      : “Apakah kalian menyadari sesuatu.?”
Ahong                   : “Apa.? Benda itu.?”
Syifa                      : “Bukan itu.”
Markus                 : “Sekarang gimana mencarinya.? Liat waktu dong.! sudah malam ini.” Kata markus sambil menunjuk pergelangan tangannya yang jelas-jelas tidak ada jamnya.
Syifa                      : “Ya aku tau. Masalahnya aku tidak. . .”

Ahong                   : “Ya hanya Melin yang tau tentang benda itu.” Cetus Ahong menyadap pembicaraan Syifa. Mereka bertiga terlihat saling bertatap-tatap mencari suatu kebenaran satu sama lain dengan nada-nada sedikit berbisik mereka berbicara.

Syifa                      : “Benar.”
Markus                 : ”Lalu sekarang gimana.?”
Ahong                   : “Tunggu, Apa kalian tidak merasa aneh,? Dari tadi Chika itu seperti menutup-nutupi sesuatu.?” Cetus pendapat Ahong.
Syifa/Markus     : “Tidak memang apa.?” Ucap Markus dan Syifa penasaran.

Ahong                   : “Chika selalu menahan kita.! Ia dari tadi selalu mengalihkan pembicaraan kita. Ingat ketika Chika berkata ~Emang nggak bisa beli lagi.?~ atau saat markus berusaha mencarikan benda itu.! Chika malahkan menyuruh Merlin untuk tidur.!” Pemikiran Ahong yang mulai tertuangkan melalui kata-katanya sedikit terputus-putus karena tidak hapal text drama ini.

Markus                 : “Ngg, iya juga sih.” Sadar markus mencoba flash back ingatannya.
Syifa                      : “Maaf aku tidak mengikuti pembicaraanya dari awal. Tapi benar juga sih.”
Ahong                   : “Apa ada yang aneh dikamar Merlin syif.?”
Syifa                      : “Sepertinya tidak ada”
Markus                 : “Mungkin dindingnya, Posisi furniture atau mungkin baunya.?” Ucap asal Markus.
Syifa                      : “Eh iya, sepertinya ada.! Bau farfum yang agak menyengat. Seperti bau farfum Fantasy – Kenzo Flower.!”
Ahong                   : “Yang lain.?”
Syifa                      : “Kurasa ada beberapa bagian bawah pintunya sedikit rapuh.”
Markus                 : “Yang lainnya.?”
Syifa                      : “Kurasa hanya itu.!”
Ahong                   : “Sekarang. Kita diam-diam selidiki Chika.!”
Syifa                      : “Bagaimana dengan benda itu.?”
Ahong                   : “Ya. Hanya dua kemungkinan. Itu ya dan bukan.! Tidak terlalu sulit kalau kita mendapatkan lebih banyak petunjuk yang lebih pasti dan tepat.”
Markus                 : “Yeah, gw suka petunjuk. Kaya di Blue’s clues.!”

(Ahong/syifa=Bengong) sekali lagi, Markus terlihat menjengkelkan dengan congkaknya plus kacamata bodohnya yang tidak berfungsi sama sekali itu menjepit bagian samping kepalanya dan mungkin itu yang membuatnya menjadi sulit untuk berfikir.
Ketika pembicaraan sedang mencapai klimaksnya, Tiba-tiba Chika keluar dari kamar adiknya itu hampir tanpa suara denyitan pintu.

Chika                     : Chika berjalan menghampiri Syifa, ahong dan Markus. “Hei. Sorry agak lama. Hmm. Udah malem nih. Kalian nggak apa-apa disini.?” Tanya Chika.

Markus                 : “Slow chik. Besok kan Weekend.” Ucap Markus sambil mengangkat sebelah kiri kakinya untuk disangga dipaha kanannya.

Ahong                   : “Ya, ya.” Ucap ahong meng-copy gerakan Markus.

Chika                     : “Maklum kah dia sangat phobia sama tikus. Udah malem nih mendingan kalian pulang aja.!” Ucap Chika makin menjadi-jadi.

Markus                 : “Sebentar, Jadi kakak dengan Merlin. Sebelum meninggalkan rumah tadi siang, benda itu masih ada.?” Tanya Markus.

Chika                     : “Hmm. Sayangnya w juga nggak tau apa itu.” Jawab Chika seakan tidak perduli dengan pertanyaan itu.

Ahong                   : “Baiklah, Kalau begitu kita pulang setelah memasang perangkapnya.” Ahong dan markuspun memasang perangkap di Tikus didepan kamar Merlin untuk jaga-jaga.

Akhirnya Syifa, markus dan Ahong memutuskan untuk pulang. Tetapi, sebelum itu mereka merencanakan sesuatu terlebih dahulu sebelum mereka berpencar menuju rumah mereka masing-masing.

Syifa                      : “Ahong. Jadi bagaimana.?”

Ahong                   : “Tidak ada cara lain. Kita desak Chika dulu untuk mengakui perbuatannya. Ya, jika dia pelakunya .! tapi kalau barangnya memang benar-benar hilang ya kita harus punya Plan B untuk Kondisi itu jika terjadi.!” Ucap Ahong menjelaskan rencananya.

Markus                 : “Itu sih gw juga tau. Masalahnya bukti kita kurang Hong.!” Tanya Markus

Syifa                      : “Ya. Bagaimana cara kita untuk mendapat bukti.?” Tanya Syifa kemudian melengkapi pertanyaan Markus

Ahong                   : “Yang jelas bukti tidak selalu berupa barang. Jadi besok pagi aja kita ngumpul lagi disini untuk melanjutkan pencarian kita.”

Ahirnya merekapun pulang kerumah masing-masing dengan penuh perasaan ingin tahu. Pagi di keesokan harinya mendandakan pencarian dimulai kembali. Merekapun kembali berkumpul untuk melanjutkan pencarian yang sempat terhenti.

Markus                 : “Apa kalian sudah tau apa sebenarnya benda itu.?” Ucap markus kepada teman-temannya bermaksud menyapa sekaligus bertanya. Sambil mengenakan kacamata kesayangannya.

Ahong                   : “Belum lah. Lo ngapain make kacamata boongan lagi.?”

Syifa                      : “Udah. Biarin aja hong.! Lebih baik kita lanjutkan pencarian kita.” Mereka bertigapun akhirnya berangkat menuju TKP (tempat kejadian perkara) setelah beberapa meter berjalan akhirnya merekapun sampai didepan rumah Merlin.

Markus                 : “Hong gimana nih.?” Kata markus sambil menyikut sedikit lengan ahong.
Ahong                   : “Biasa aja. Udah kayak kemarin aja.”
Syifa                      : “Sudahlah biar aku saja.”
Markus                 : “Silahkan.” Ucap markus dengan senyuman lebar.
Ahong                   : “Dasar aneh.!”

“Iya. Tunggu sebentar.” Terdengar suara samar- samar dari dalam rumah. Sambil menunggu pintu terbuka Markus berjalan mengelilingi pekarangan rumah merlin seperti anjing pelacak yang seadng mengendus jejak pencuri.

Chika                     : “Eh. Kalian lagi. Pagi-pagi banget kemari.”
Ahong                   : “Nggak keberatan kan Chik.?” Tanya ahong menghampiri.
Syifa                      : “Iya nih, aku takut ngerepotin.”
Chika                     : “It’s all right. No problem.”

Markuspun mendekati Chika Syifa dan Ahong.

Markus                 : “Udah kan ngobrolnya. Ngomong-ngomong si Merlin kemana.?”
Chika                     : ”Entahlah.”
Ahong                   : “Yakin.?”
Markus                 : “Udah deh chik. Jangan bohong.! Lu jujur aja deh kalo lu yang. . .”
Syifa                      : ”Markus jangan sekarang.!”
Chika                     : “Yang apa.?”

Tiba-tiba Merlin muncul. Dan mengejutkan kami semua yang sebentar lagi membongkar rahasia Chika.

Merlin                   : “Pagi semuanya.”
Ahong                   : “Eh merlin. Gimana perasaanya pagi ini.?”
Merlin                   : “Baik kok.”
Markus                 : ”Baiklah. Karena semuanya udah kumpul.! Gw udah nggak sabar lagi untuk bilang”

Syifa                      : “Tapi markus kita nggak boleh salah sangka dulu.!” Syifa berusaha menghentikan emosi Markus.

Markus                 : ”Udah. Diem aja yang lain.!” Kata markus sambil mengepalkan kedua tangannya yang kelihatannya sedang menggenggam sesuatu.

Ahong                   : “Udah syif. Biarin.!” Kata ahong menarik Syifa.

Markus                 : “Sebenarnya Chika malingnya.! Ngku aja deh lu chik.!” Kata markus sambil menunjuk wajah Chika dengan sebatang besi yang entah dimana ditemukannya.

Chika                     : “APA.? Yang benar saja.!”
Merlin                   : “ITU.! ITU.!” Kata merlin kegirangan menunjuk sebatang besi yang dipegang oleh Markus. “Itu benda yang seadng kucari.!”

[Semua bengong seakan tidak percaya]...??? Apa.? Jadi.? ...???

Syifa                      : “Jadi ini yang kamu cari Merlin.?” Tanya Syifa.
Merlin                   : “Iya.!”
Chika                     : “Huh.! Dasar.! Maling teriak maling.!” Kata Chika memukuli Markus.
Ahong                   : “Udah jangan berantem.”
Syifa                      : “Ya. Lagipula masalah sudah selesai bukan.
Markus                 : “Lagian besi ginian buat apa coba.” Tanya markus penasaran.
Merlin                   : “Buat ganjel pintu supaya tikus tidak masuk.” Jawab Merlin sedikit malu-malu.

All                           : “Cape deh.” Merekapun menunjukan kelegaan mereka karena masalah telah selesai. Dan sesuai dengan rencana. (Expresion of showing Relif.)

The End.

Ekstra

Pesan                    : Hadapilah segala sesuatu. Cobaan apapun itu seberat apapun dengan sabar dan berdo’a kepada Allah sang pencipta Maha Tahu segalanya. Karena dengan begitu masalah akan teratasi dengan lebih tenang dan tentram karena tidak diselimuti oleh rasa gelisah. Well, karena kehendaklah akhirnya dalam cerita ini benda tersebut dapat ditemukan lagi. [Kehendak sang penulis cerita juga sih sebagian.!”]

Pertanyaan yang mungkin muncul.

Si markus nemu dimana coba tuh besi.?

Jawab.
Ditaman ketika scene. . . [“Iya. Tunggu sebentar.” Terdengar suara samar- samar dari dalam rumah. Sambil menunggu pintu terbuka Markus berjalan mengelilingi pekarangan rumah merlin seperti anjing pelacak yang seadng mengendus jejak pencuri.] dipungut tuh disekitar pekarangan rumah.!

[]

Komentar