Tiga Sisi [PART 1]

SINOPSIS

28 Februari 2015. Hari dimana langit ditutup oleh awan mendung berbusa kelam berwarna keabuan pekat.
Sepulang dari kunjungan pemakaman ibunya setelah setelah setahun lamanya.
Aira menerima kabar ayah mereka akan mendapatkan eksekusi hukuman matinya besok.
Kabar itu membuat adiknya yang persis berada dibelakang punggungnya menghilang.

Aira mencarinya tapi menemukan sesuatu yang lain.
Pembantu rumahnya ditemukan mati didalam kamar temporernya.
Meninggalkan sebuah pesan kematian yang tertoreh diatas lantai keramik dingin putih pucat.
Dengan darah berbau amis berwarna kehitaman pekat sebagai tintanya.

Ketakutan itu benar-benar menghantuinya sekarang.
Pesan kematian yang sangat kejam itu menyeret semua.
Waktu berlalu dan mayat lainnya ditemukan kembali.
Kasus Ayahnya. Penculikan Clara. Pesan Kematian.
Tiga sisi berbeda yang terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Aira berusaha secepat mungkin membongkar semua rahasia dibalik tiga kejadian itu.
Sebelum semuanya dihabisi oleh terror itu tanpa sisa.

PROLOG

Elsa Vhanessa membuka matanya setelah sekian lama tertutup. Membuat seluruh pandangan matanya mengkilap seputih susu. Berkali-kali ia kedipkan matanya untuk menghilangkan kilapan putih itu. Akhirnya ia memperoleh gambaran yang seharusnya. Pemandangan kamar terisolasi dengan cat berwarna putih dan bohlam lampu tabung panjang yang sangat terang karena memantuklan cahaya-cahaya putih dari banyaknya lampu yang terpasang. Ia merasa sudah tidur terlalu panjang, berhari hari atau mungkin berminggu-minggu. Beberapa saat Elsa berusaha untuk menangkap dimana dia berada dan berpikir apa yang sedang terjadi. Elsa hanya bisa memutar bolamata dan menggerakan ujung jemarinya tanpa daya.

Elsa masih sadar benar, Ia melihat atap ruangan putih mengkilap itu tanpa berbayang atau berkabur, Mendengar kedutan mesin mesin yang menyangga hidupnya. Merasa kepahitan yang memualkan dari kerongkongannya. Mencium aroma antiseptik yang pekat. Merasakan ada satu jarum suntik yang disuntikan ke tangannya dari kulitnya walapun matanya tidak melihatnya. Jarum suntik yang membakarnya detik demi detik seiringan dengan cairan yang masuk kedalam urat nadi pergelangann tangannya. Walaupun seluruh anggota tubuhnya terasa kaku lima indranya masih bekerja dengan baik. Ia ternyata terbaring disebuah kamar rawat.

Seorang suster dengan jas putih ketat datang menghampirinya. Membusungkan payudara bulatnya yang terhimpit jas ketatnya ketika menunduk menatap Elsa. “Saya akan melakukan ini dengan cepat.” Bisik suster itu. Menatap wajah Elsa dengan kejamnya. Elsa berusaha sekuat tenaga mengerakan bibir pucatnya.

“A- APA…”

“A- APA YANG KAU LA- LAKUKAN PADAKU!” Teriaknya tanpa daya.

Suster tersebut hanya membalasnya dengan tersenyum sinis. Rasa sakit dengan cepat menjalar keseluruh tubuhnya. Suster itu kemudian membuka kancing baju Elsa, melucuti semua baju dan celananya hingga terlanjang bulat. Elsa berusaha mengeliat menolak dengan keras tapi tenaganya tidak sepadan jauh dengan suster tersebut. “Kau tidak perlu tau.” Suara suster tersebut terdengar datar sambil menyunggingkan senyum sinis dan menarik celana popoknya.

“KENAPA KA-“ Nafasnya tersengal, mulutnya kaku. Seluruh tubuhnya mengeras seperti patung kapur setelah mengeliat dan meronta-ronta. “KENAPA KAU?” lanjutnya dengan sekuat tenaga. Nadanya terdengar patah-patah namun cukup jelas. Ia terlihat ingin berontak tapi tidak berdaya. Kesadaran dirinya mulai menguap dari tubuhnya setelah dua kali teriak. Kondisinya sudah semakin lemah seiring cairan jarum yang menjalar memasuki urat nadinya. Membuat sekujur kulitnya membiru. Elsa merasa sangat yakin bahwa dirinya sedang diracuni. Suster itu dengan santainya kemudian melepaskan beberapa alat perekam detak jantung dari dadanya, menarik jarum infusnya, dan selang pipet pipisnya.

“A…APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN PADAKU.!” Marahnya dengan sisa-sisa tenaga yang dapat ia raih. Elsa baru merasakan sesuatu mulai dicabut satu persatu dari kulitnya.

“Kau tidak perlu tau, yang jelas kau akan baik-baik saja.” Ulangnya dengan kaimat tambahan. Suster itu segera meraih sebuah kereta dorong. Diatasnya berbaring seorang wanita. Tidak jelas dalam pandangan Elsa karena ia tidak bisa mengerakan kepalanya dan suster itu segera menutup seluruh wajanya dengan selembar kain putih.

Setelah itu ia hanya dapat merasakan ranjangnya bergerak.

“APA YANG-”

“APA YANG KAU LAKUKAN.!” Teriak Elsa yang sudah tidak bisa merasakan badannya lagi dari balik kain putih.

“Dan kau hadir, Merubah segalanya…” Elsa segera menyadari perawat itu hanya membalasnya dengan lantunan reffrain sebuah lagu yang dinyanyikannya dengan lantang. “Menjadi lebih indah…” Suster itu kemudian mendorong Elsa yang masih meronta tanpa daya meninggalkan ruangan itu. Hingga akhirnya ia sampai disebuah lorong panjang. Ia mendorongnya dengan santai dan dengan santainya ia menunjukan senyum sinisnya pada seorang gadis yang kebetulan berpapasan dengannya. “Kau bawa cintaku setinggi angkasa, membuatku merasa sempurna…” Sambil terus bernyanyi mengalihkan perhatian alih-alih Elsa masih dapat bergerak-gerak atau mengeliat.

Dengan cara jalannya yang lebay suster itu akhirnya menjauh dan lenyap dari pandangan bersama dengan lantunan reffrain lagunya. Gadis kurus dengan luka parut di siku tangan dan lutut kaki, serta beberapa percikan bekas noda darah dibaju dan roknya itu akhirnya melanjutkan perjalanannya.

Kesadaran Elsa segera menguap.

---

Update 14 Agustus 2017

Novel ini sudah selesai penulisannya.
Jika kalian tertarik untuk membaca kelanjutannya silahkan request melalui komentar ya. Saya akan mempublikasikan update ceritanya.

Komentar

Posting Komentar